Minggu, 08 Mei 2011

Renungan Minggu Paskah Ketiga – Tahun A – 8 Mei 2011

Kis 2:14,22-33; 1 Ptr 1:17-21; Luk 24:13-35
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD

Membaca kisah Perjalanan dua murid ke Emaus, setelah wafat Yesus di kayu salib, mengingatkan saya akan pengalaman ketika masih duduk di bangku Novisiat SVD, beberapa tahun yang lalu. Salah satu kebiasaan yang kami buat setelah hari Raya Paskah adalah berjalan ‘berdua-duaan’ – dengan sesama anggota komunitas – dari kota Batu ke Malang. Rutinitas yang dibuat setahun sekali ini meniru perjalanan yang sama, yang dibuat oleh kedua murid Yesus. Ada banyak hal yang ingin dicapai dari perjalanan singkat kami tersebut. 

Yang pertama: dengan berjalan bersama, kami diminta untuk lebih mengenal satu sama lain. "Lebih mengenal“ bukan dalam arti sebatas tahu siapa teman seperjalanan, dari mana dia berasal dan apa latar belakangnya, tetapi lebih dari itu, mengenal dalam arti berusaha untuk saling memahami, saling "share" pengalaman panggilan dan hidup. Dan untuk itu, yang dituntut dari kami adalah keterbukaan dan kesediaan untuk saling mendengarkan satu sama lain. 

Yang kedua: kami diminta juga untuk memperhatikan apa yang terjadi di sekitar kami. Akan ada banyak peristiwa menarik maupun biasa-biasa saja yang kami lihat dan juga akan ada begitu banyak orang yang kami jumpai selama perjalanan tersebut. Untuk bisa mendapatkan "sesuatu" dari semuanya itu, kami diminta untuk mau membuka mata dan hati kami. Kami boleh "sibuk" dengan diri kami, tapi kami tidak boleh menutup diri terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekeliling kami.

Ketika kedua murid sedang dalam perjalanan ke Emaus, mereka terlalu sibuk dengan diri sendiri, sehingga mata dan hati mereka tertutup untuk melihat kehadiran Yesus yang datang menyapa lalu berjalan bersama-sama mereka. Duka cita dan kesedihan karena kehilangan Yesus, Tuhan dan Guru mereka, masih sangat membekas di hati. Segala harapan yang pernah mereka miliki, hilang lenyap bersama kematian tragis Yesus di kayu salib. Ketika mereka belum memahami sepenuhnya, mengapa Yesus harus mati dengan cara demikian, mereka dikejutkan lagi dengan berita yang menyatakan bahwa Yesus telah bangkit. Kebimbangan dan keputusasaan menyebabkan mereka tidak mudah percaya akan semuanya itu. Di tengah kebimbangan, mereka memutuskan untuk kembali ke Emaus, kembali ke "kehidupan lama"  mereka, kembali ke "masa lalu" mereka. 

Namun, di tengah-tengah perjalanan, di saat mereka tidak tahu apa yang mesti dilakukan lagi, Yesus hadir menguatkan mereka. Dia datang, ada di tengah-tengah mereka, berbincang-bincang bahkan berjalan bersama mereka. Kehadiran Yesus ini mau menunjukkan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Meskipun terkadang kita kurang setia, namun dia sekali-kali tidak akan pernah mengingkari kita. Dia tetap setia, meskipun kita sering mengkhianati Dia.

Kedatangan Yesus di tengah-tengah mereka juga mau mengatakan bahwa Yesus selalu ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita bisa jumpai Dia dalam rutinitas harian hidup kita. Dia ada di tempat di mana kita tinggal dan bekerja, kita bisa kenali Dia dalam diri sesama yang berada di sekitar kita dan terutama dalam perayaan Ekaristi. Untuk bisa melihat dan mengenali Dia, cuma dua hal ini yang diminta dari kita, yaitu beriman dan percaya kepada Dia. Tanpa ini, seberapa seringpun Dia datang dan berjalan bersama-sama kita dalam kehidupan kita sehari-hari, sama seperti yang dialami oleh kedua murid Yesus, sesering itupun kita tidak akan mengenal Dia.

Semoga "Perjalanan Emaus" ini mengingatkan kita untuk tidak hanya peduli dengan diri kita sendiri, melainkan juga peka dan peduli dengan orang-orang lain yang ada di sekitar kita, dan juga semoga kita diingatkan untuk mau membuka mata dan hati kita, untuk melihat dan menemukan Yesus yang tinggal dalam diri sesama kita, yang hadir bersama-sama kita dalam kehidupan kita sehari-hari.

sumber :
http://parokiarnoldus.net/renungan/buka-hati-untuk-lihat-dan-kenal-yesus/